Kata orang ; “Sebelum jauh-jauh kita membahas ke-Islaman kita, mestinya kita awali dari belajar Tauhid”. Karena Tauhid merupakan pondasi dari sebuah bangunan ad-Dienul Islam yang sangat saya cintai. Bagaimana tidak, jika kita analogikan Islam merupakan sebuah bangunan gedung yang sangat besar menjulang ke langit dan teramat sangat megahnya bangunan itu dan indahnya dipandangan mata. Apa yang terjadi jika bangunan yang besar dan megah itu pondasinya rapuh. Tentunya tidak akan lama bangunan itu bertahan dalam kemegahannya. Tidak lama bangunan itu akan rata dengan tanah jika ada satu guncangan yang tidak begitu dahsyat. Begitu juga Tauhid yang saya analogikan, tauhid merupakan pondasi bangunan Islam yang megah. Makanya di dalam Rukun Islam ; “Syahadat-lah yang pertama”.
Mungkin sebelum jauh berbicara Tauhid, kita harus tahu terlebih dahulu apa itu Tauhid? Mungkin teman-teman sudah mengetahuinya. Saya hanya bisa mendefinisikan bahwa Tauhid itu adalah sebuah penerimaan dan penolakan. Adapun yang mengatakan bahwa Tauhid itu meng-Esa kan Tuhan. Menurut saya itu juga memang benar. Karena sebelum kita memilih yang satu pasti kita meninggalkan dulu yang lainnya. Saya yakin di dunia ini manusia diberikan dua pilihan. Buktinya kita meyakini adanya Syurga dan Neraka. Pikir saya itu menunjukkan adanya dua jalan yang akan ditempuh oleh manusia di dunia. Entah jalan itu ujungnya ke Neraka maupun ke dalam Syurga. Tinggal kita pilih ; “Mau bahagia di Akhirat atau hanya ingin merasakan siksa disana.
Berkenaan dengan bertauhid hanya meng-Esa kan Alloh saja. berarti kita mesti mengambil jalan yang Alloh ridhoi dan kemudian meninggalkan bahkan menghancurkan jalan yang Alloh benci terhadap jalan itu. Berarti kalau begitu ; “Ada yang diterima, ada pula yang ditolak”. Kita ingin bertauhid kepada Alloh ; salah satunya menjalankan perintah Alloh yaitu Shalat. Akan tetapi disamping itu juga masih suka minum Khamer (Arak). Gambaran orang seperti itu, apakah bisa dikatakan sudah bertauhid? Kalau pakaian ke atas mah pake baju Koko, tapi pakaian ke bawah memakai Anderok. Bagaimana coba ketika kita melihat orang seperti itu? Waraskah orang itu……
Mungkin itu, sekilas gambaran Tauhid yang bisa saya fahami. Walaupun dengan berat hati untuk menuliskannya disini. Karena diri merasa, belum sampailah ke arah sana. Di dalam hati berkata ; “Ingin Taubat, tapi kadang suka tetap tidak bisa meninggalkan perbuatan itu (dosa)”. Kini Hamba sadar “Ya… Rabb”. Hamba belum bisa murni berTauhid kepadamu. Maka dari itu, tuntunlah “Ya…. Rabb” hambamu yang masih kotor ini, dan Istiqamahkanlah agar Hamba bisa terus berusaha memurnikan Tauhid hamba. Karena Hamba hanya orang yang lemah, yang bisanya cuma berusaha. Sedangkan Engkaulah “Ya…. Rabb”, yang menentukan segalanya......
Bandung, 22 Desember 2009
Mat MUN_D